Transaksi Bagus = Good Deal
Dari pemahaman pribadi saya dan dari pengalaman bertransaksi di
dunia properti dan bisnis dalam 7 tahun terakhir sejak 2003, secara
garis besar ada 2 macam transaksi yang dapat didefinisikan dari
kacamata kita sebagai seorang investr sejati, yaitu ada yang berupa
Transaksi Bagus (Good Deal) dan sebaliknya disisi lain ada Transaksi
Jelek (Bad Deal).
Transaksi Jelek (Bad Deal),
adalah apa yang dilakukan oleh kebanyakn dan hampir semua orang
"pecundang investasi" dalam membeli properti. Mereka justru
mengeluarkan banyak sekali uang dari kantungnya sendiri
bahkanmasih ditambah bonus tiap bulan kesulitan menyisihkan
angsuran kredit rumahnya, dan kredit baru selesai pada saat gaji juga
selesai yaitu pada saat masa pensiun telah tiba.
Transaksi Bagus (Good Deal)
adalah ketika kita beli suatu properti tidak perlu mengeluarkan uang dan
hasil pendapatan rutin properti tersebut (cashow in) lebih dari cukup
untuk membayar cicilan KPR-nya,
Anda telah mencapai menjadi "Entrepreneur Rajawali" apabila telah
berhasil berbisnis dimana uang sudah benar-benar hanya sebatas "ide"
dan anda telah mampu menguasainya, kemanapun anda bergerak dia
akan berlari mengejar kejar anda".
Menghitung Tren Pertumbuhan Harga Properti
Ada beberapa cara untuk menghitung tren pertumbuhan harga properti
di suatu daerah / kawasan. Sebaiknya menghitung pertumbuhan itu
sebaiknya minimal 3 tahun optimal sd 5 tahun untuk meminimalkan
"kerancuan"
1. Versi Pemerintah
Pemerintah, dalam hal ini Dirjen Pajak yang merupakan salah satu
instansi dibawah Departemen Keuangan Republik Indonesia, selalu
memantau perkembangan harga properti dalam suatu kawasan tertentu
dimana tugas itu dilaksanakan oleh KP3 ( Kantor Pelayanan Pajak
Pratama ) untuk tingkat Kota atau Kabupaten di seluruh Indonesia.
KP3 selalu mengumpulkan data-data transaksi jual beli properti yang
dikumpulkan dari :
1. notaris ( PPAT )
2. camat(sebagai PPAT Sementara bila di suatu daerah belum
ada notaris )
3. broker properti professional ( ERA, RayWhite, Century21 dll )
4. bank
5. pengamatan petugas pajak sendiri di lapangan untuk
melakukan penyesuaian nilai apabila ada yang dianggap janggal.
tren pertumbuhan yang dilakukan oleh Dinas Pajak ini dapat kita lihat di
PBB tahun berjalan, dimana bisa kita lakukan perbandingan dari tahun
sekarang terhadap tahun-tahun sebelumnya dan akan ketemu tren
kenaikan nilainya.
biasanya yang naik cuma NJOP bumi (tanah) saja dan nilai NJOP
bangunan tetap ( padahal semestinya dari tahun ke tahun NJOP
bangunan turun karena terkenai penyusutan karena depresiasi per
tahun kan ).
PLUS :
> datanya komplit di seluruh daerah di seluruh Indonesia
> nilainya akurat dan pasti, mudah memperkirakan harga sebenarnya
> NJOP biasanya dipakai untuk perhitungan pajak PPh dan BPHTB
MINUS :
> bias, tidak menunjukkan harga jual beli sebenarnya
> nilainya biasanya dibawah harga pasaran riil saat itu
> nilai bangunan tidak diperhitungkan depresiasinya
2. Versi Real Estate Developer
Real Estate Developer "raja kecil" dilingkungan kompleks yang dia miliki
tersebut, sehingga berhak menentukan harga jual unit uni tpropertinya
beserta kenaikan harganya.
untuk mengetahui tren kenaikan harga di suatu real estate khususnya di
unit baru ( Primary Market ) bisa dilihat dengan cara membandingkan :
1. unit properti ( rumah, apartement, rusun, ruko, kios dll) dengaan
tipe yang sama
2. di cluster yang sama
3. dengan tipe yang sama ( LT, LB, spesiskasi, model )
dari situ akan ketemu tren kenaikan harganya, dimana biasanya real
estate developer akan melakukan langkah langkah sebagai berikut :
1. perhitungan unit costing dulu per unit properti yang akan dijual
2. mengestimasikan berapa lama marketing bisa menjualnya
3. melakukan perhitungan Future Value dari Present Value unit
costingnya
4. memberikan progressive discount, semakin dini semakin
besar diskonnya
5. secara bertahap menaikkan harga jual sesuai progres penjualan.
PLUS :
> menunjukkan harga transaksi sebenarnya
> harga dinamis, cepat menyesuaikan harga pasar
> data riil didapat langsung di lapangan
MINUS :
> bisa menyebabkan "inasi" di NJOP
> data sulit didapat bagi orang luar
> bias ( juga), biasanya sengaja dibuat tidak sama dengan harga
transaksi sebenarnya yang berdasarkan NJOP
3. Versi Property Investor
property investor sejati cuma melihat dari satu sisi value aja
> "apakah properti yang akan dia beli tersebut dijual dibawah harga
pasar dan bisa dijual lagi dengan harga premium untuk mendapatkan
capital gain atau disewakan agar memperoleh positive cashow in rutin"
PLUS :
> pasti untung
MINUS :
> tidak ada!
MODAL UTAMA sebagai REAL ESTATE DEVELOPER
BERANI & NYALI yang BESAR karena bisnis ini melibatkan :
> UANG BESAR
> MIMPI BESAR
> KNOWHOW yg KOMPLEKS
> ENVIRONMENT yg harus KONDUSIF
> PROFIT yg MENGGIURKAN.
Sumber Informasi HOT PROSPECT PROPERTI
1. KORAN ( kalo bisa bermacam koran, karena segmentasinya beda)
2. SURVEY LANGSUNG ke daerah yg kita minati
3. iklan INTERNET
4. broker profesional ( dateng ke kaya : ERA, Century21, Ray White dll.)
5. BANK
6. NOTARIS
7. PENGADILAN NEGRI (PN) atau AGAMA (PA)
8. ICU RS, RUMAH DUKA, Ruang Praktek DOKTER
9. relasi, teman, saudara dll
Cara Cepat "MENGAPPRAISAL SENDIRI" Suatu PROPERTI
1. Luas Tanah x Harga Pasaran = A
( harga pasaran bisa tanya "yg ngerti" spt : orang bank, appraisal, broker dll,
tidak disarankan harga NJOP, karena tidak sesuai dgn harga pasaran / market
value di daerah tsb)
2. Luas Bagunan x Harga Bangunan per m2 x Depresiasi = B luas
bangunan = luas bangunan yg berdiri, toal luas lantai 1 lantai 2 dst harga
bangunan = bisa tanya pemborong, arsitek brp pasaran per m2 harga
bangunan disuatu tempat pada saat tsb.
depresiasi = penyusutan, asumsi 5% pertahun dari tahun pembangunan s/d
tahun penghitungan skrg
3. Premium Value = C
bisa bervariasi, dan lebih bersifat intangiable spt : history (katakan pernah
ditempati Bung Karno, dulunya rumah dinas Gubernur Belanda dll), Fengsui
(tusuk sate, lahan ngantong, diatas bukit, sebelah kuburan dan kamar mayat dll),
tanahnya lebi tinggi dari jalan raya, akan dibangun pintu toll depan tanah tsb,
sebelahnya lokasi lumpur lapindo, ditemukan tambang emas di dekatnya dst
A B C = Harga Properti , mudah kan???
Beberapa Kriteria Penilaian PROPERTI
Ada beberapa kriteria Penilaian PROPERTI menurut :
1. INVESTOR PROPERTI
yg paling pokok adalah CASHFLOW yg didapat dr property tsb (rental income)
propertinya itu sendiri bisa berupa : rumah, kios, ruko, hotel, mall, theme park,
airport dll. fokus utama kelompok ini adalah "apakah cukup cashow in nya untuk
menutup cicilan kredit investasinya.
kepentingan lainnya adalah RESALE VALUE-nya, apabila setelah properti tsb di
HOLD dalam waktu tertentu, dan setelah kondisi memungkinkan akan dijual
kembali dengan harga yang lebih mahal untuk mendapatkan CAPITAL GAIN,
keuntungan lain yang akan didapat selain CASHFLOW & CAPITAL GAIN tsb
adalah :
> INVESTMENT PROFIT
> PREMIUM RISK PROFIT
> TAX BENEFIT PROFIT
2. DEVELOPER PROPERTI
orientasi utamanya adalah mengejar CASHFLOW yaitu berapa banyak unit
properti yg dapat dijual dalam kurun waktu tertentu, dgn tipe apa saja yg
sesuai kemauan market dgn harga tertentu yg disesuaikan strategi nansial
perusahaan.
3. ENDUSER
yg diartikan beli properti tsb adalah benar2 untuk DIDIAMI SENDIRI, biasanya yg
paling diperhatikan untuk kelas MENENGAH KEBAWAH adalah KECUKUPAN
ANGGARAN vs PENGHASILAN (baca : jumlah duit tunai tersedia buat DP dan
cicilan rumah) dengan harga rumah. sedangkan fokus kalangan pembeli rumah MENENGAH KEATAS: LOKASI
vs ANGGARAN.
kalau kelas PREMIUM cuma ada 3 pertimbangan : LOKASI, LOKASI dan
LOKASI ( karena duit sudah bukan masalah)
4. BROKER
kriteria mereka dalam menerima kontrak pemasaran properti yg dipasarkan
SALEABLE atau tidak? COMMISION FEE cocok apa tidak?
5. BANK
Yang paling utama ternyata tetap LOKASI, yg antara lain syarat yg mutlak dan
ga bisa ditawar adalah :
1. harus sudah SERTIFIKAT, baik SHM or HGB ok, dan tidak dalam sengketa.
2. JALAN MASUKNYA mobil harus bisa masuk s/d dpn rumah tsb (bye2
rumah yg masuk gang)
3. UTILITAS tersedia (PLN & PDAM/sumur bor = mutlak), Tlp = optional aja
4. IMB, kalo lom ada bisa diurus sambil proses kredit berjalan
5. sik rumah LAYAK HUNI, saran: renovasi ringan (cat ulang yg bocor2) plus
tanah yg kosong ditanami ijo2 biar seger dipandang orang bank waktu survey
6. dan yg tak kalah penting adalah KEMAMPUAN FINANCIAL ENDUSER
nyicil KPR nya (max cicilan bulanan = 30-40% income brutto suami istri)
3 Macam Tipe Property Market
1. Primary Market
semua property yg dijual/beli dari tangan pertama, baik oleh developer
yg berbadan usaha ataupun tuan2 tanah, biasa disebut juga sebagai
rumah baru
2. Secondary Market
adalah kebalikan dari Primary Market, semua property yg dijual/dibeli
dari enduser (pemakai langsung) property tsb ataupun investor atau
spekulator property. biasa juga disebut sebagai rumah second, saya
kurang setuju kalo disebut sebagai rumah bekas.
3. Rooler Coaster Market
bisa berwujud beragam rupa : lelangan bank, lelangan balai lelang,
keluarga bermasalah (cerai, bagi warisan dll), segera pindah (keluar
kota / LN), bankrut, cape mau menikmati usia tua dengan tenang dll.
yang terakhir ini paling saya suka dan saya tunggu2 karena : untungya
selalu didapat pada saat beli, protnya dengan jumlah yg terduga,
pembeli "yg menentukan arah"
3 Macam Real Estate Developer
1. DEVELOPER BUMI
adalah real estate developer yg berangkatnya memang memiliki bekal
dari ilmu yg berkaitan dgn dunia real estate yaitu : arsitektur, sipil atau
real estate management atau mereka pada awal usahanya berangkat
dari bisnis yg berkaitan dgn dunia real estate seperti : produsen bahan
bangunan, konsultan, pengacara, notaris dll
contoh :
1. Ir. Ciputra (arsitektur-ITB) = Ciputra Group, Pembangunan Jaya, BSD
2. Trihatma K. Haliman (sipil-Kaiserlautern) = Agung Podomoro
3. Joko Soegiarto Tjandra (n/a, industri bahan bangunan) = Mulialand
4. Ir. Lukman Purnomosidi (sipil-ITB) = JSA
5. Anhar Setjadibrata, SH (dokter-pengacara-notaris) = Hotel
Tugu Group
6. Didik Eko Tjahjono, ST (arsitektur -ITS) = Energie
Capital, Cosmopolitan Investama
2. DEVELOPER LANGIT
adalah para developer yg berangkatnya dari beragam latar belakang
pendidikan dan bisnis, namun setelah menjadi besar di bisnisnya
masing2 mereka kemudian masuk ke bisnis real estate secara masif.
contoh :
1. Mochtar Riadi (banking, insurance, education) = Lippo Karawaci,
Lippo Cikarang, Tanjung Bunga, Kemang Village , St. Moritz
2. Ir. Aburizal Bakrie (heavy industries, mining, oil & gas) =
Bakrieland, Rasuna Epicentrum, Bali Nirwana Resort
3. Robert Budi Hartono (rokok) = Grand Indonesia
4. Eka Tjipta Wijaya (edible oil, forestry, trading) = Sinarmas, ITC
5. Jakoeb Oetama (media, bookstore) = Santika Hotel
3. DEVELOPER AWANG-AWANG
adalah para developer yg ga jelas latar belakang bisnisnya dan track
recordnya namun tiba-tiba memiliki likuiditas yg luar biasa sehingga
bisa membangun mega proyek dgn kapitalisasi trilyunan rupiah. duit
yg didapat banyak sumbernya yg secara garis besar berasal dari
"Negeri Antah Berantah"
contoh :
> banyak sekali !
hampir semua obligor pengemplang BLBI selalu bermain properti dan
ga ada yg sampai selesai proyeknya terutama pada saat krismon 1998
2000 lalu yg kemuadian kebanyakan aset-aset nya di take over secara
murah murah oleh Top 10 Real Estate Developer dari BPP N waktu
ada program lelang penjualan aset.
No comments:
Post a Comment